BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Respirasi adalah pertukaran gas,
yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan
karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari
tubuh melalui paru.
Fungsi
sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari atmosfer kedalam sel-sel
tubuh dan untuk mentransport karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer. Organ–organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi
wicara dan berperan dalam keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh melawan benda
asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa definisi anatomi sistem pernapasan?
2. Bagaimana proses inspirasi dan ekspirasi?
3. Apa itu pernapasan eksternal dan internal?
4. Bagaimana transport gas pernapasan?
5. Bagaimana hubungan sistem pernapasan dalam kehamilan,
persalinan, nifas?
1.3.
Tujuan
Dalam penyusunan
makalah ini, penulis bertujuan untuk :
1.
Mengetahui definisi anatomi sistem pernapasan
2.
Mengetahui proses inspirasi dan ekspirasi
3.
Mengetahui
pernapasan eksternal dan internal
4.
Mengetahui transport gas pernapasan
5.
Mengetahui hubungan sistem pernapasan dalam kehamilan,
persalinan, nifas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Anatomi Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang
dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang
dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Fungsi
sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari atmosfer kedalam sel-sel
tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer. Organ–organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi
wicara dan berperan dalam keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh melawan benda
asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
Sistem
pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan
mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga
hidung - faring – laring - trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan
alveolus).
Adapun
alat-alat Pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut :
1. alat pernafasan atas
a. Rongga
Hidung (Cavum Nasalis)
Udara
dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir
berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain
itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
Di
dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga
udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap.
Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain.
Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain
sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat
sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup
gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan
bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke
faring.
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke
faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings)
pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring
(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara
(pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara
bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat
mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan
pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur
agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan
sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Gambar.Faring
c. Laring
laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya
udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas
terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh
benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor).
Gambar.Laring
2. Alat pernafasan bawah
a. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang
panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada
(torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
b. Bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang
menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan
mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak
teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya
melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi
bronkiolus.
Gambar.Bronkus
c. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga
dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian
bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu
paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru
kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput
yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis).
Gambar.paru-paru
Antara selaput luar dan selaput
dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi.
Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru
tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru
berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat
lebar untuk pertukaran gas.
Di
dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm,
dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki
gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding
yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri
sesuai dengan persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain
(hukum Dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus
bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir
pada gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir
bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga
menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis
dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi
gas pernapasan.
2.2. Proses
Inspirasi Dan Ekspirasi
2) Mekanisme Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang
terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem
pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya
pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu pernapasan
luar dan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran
udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler,
sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam
kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam
paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan
tekanan udara diluar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka
udara akan masuk. Sebaliknya apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka
udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang
terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi)
maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara
bersamaan.
a.
Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan
yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi.
Fase ini
berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di
luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk
2. Fase ekspirasi.
Fase ini
merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
Gambar.pernapasan dada
b.
Pernapasan perut
Pernapasan perut merupakan
pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang
membatasi rongga perut dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat
dibedakan menjadi dua tahap yakni :
1. Fase Inspirasi.
Pada fase ini otot diafragma
berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan
tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2. Fase Ekspirasi.
Fase ekspirasi merupakan fase
berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga
rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar
dari paru-paru.
Beberapa fungsi pernafasan antara
lain adalah:
1. Mengambil oksigen yang kemudian dabawa oleh
darah keseluruh tubuh.
2. Mengeluarkan
karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran pernafasan kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk di buang ke luar tubuh.
Gambar.pernapasan perut
-
Inspirasi
Tepatnya proses inspirasi adalah
sebagai berikut diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah, dan
mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal
menarik iga ke atas dan ke luar, yang mengembangkan rongga dada ke arah samping
kiri dan kanan serta ke depan dan ke belakang.
Dengan
mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan intrapleura
menjadi makin negatif karena terbentuk isapan singkat antara membran pleura.
Perlekatan yang diciptakan oleh cairan serosa, memungkinkan pleura viseral
untuk mengembang juga, dan hal ini juga mengembangkan paru-paru.
Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara memasuki hidung dan terus mengalir melalui saluran pernapasan sampai ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir; ini merupakan inhalasi normal. Tentu saja inhalasi dapat dilanjutkan lewat dari normal, yang disebut sebagai napas dalam. Pada napas dalam diperlukan kontraksi yang lebih kuat dari otot-otot pernapasan untuk lebih mengembangkan paru-paru, sehingga memungkinkan masuknya udara lebih banyak.
Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara memasuki hidung dan terus mengalir melalui saluran pernapasan sampai ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir; ini merupakan inhalasi normal. Tentu saja inhalasi dapat dilanjutkan lewat dari normal, yang disebut sebagai napas dalam. Pada napas dalam diperlukan kontraksi yang lebih kuat dari otot-otot pernapasan untuk lebih mengembangkan paru-paru, sehingga memungkinkan masuknya udara lebih banyak.
Otot-otot
inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya dimana otot-otot
yang berkontraksi adalah :
a. Diafragma,
yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang rileks akan memipih saat
berkontraksi dan memperbesar rongga toraks kearah inferior.
b. Otot
intrerkostal eksternal mengangkat iga keatas dan kedepan saat berkontraksi
sehingga memperbesar rongga toraks kearah anterior dan superior.
c. Dalam
pernafasan aktif atau pernafasan dalam, otot-otot sternokleidomastoid,
pektoralis mayor, serratus-anterior, dan otot skalena juga akan memperbesar
rongga toraks.
-
Ekspirasi
Ekspirasi atau yang juga disebut ekshalasi dimulai ketika diafragma dan
otot-otot interkosta rileks. Karena rongga dada menjadi lebih sempit, paru-paru
terdesak, dan jaringan ikat elastiknya yang meregang selama inhalasi, mengerut
dan juga mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas
tekanan atmosfir, udara didorong ke luar paru-paru sampai kedua tekanan sama kembali.
Perhatikan bahwa inhalasi merupakan proses yang aktif yang memerlukan kontraksi otot, tetapi ekshalasi yang normal adalah proses yang pasif, bergantung pada besarnya regangan pada elastisitas normal paru-paru yang sehat. Dengan kata lain, dalam kondisi yang normal kita harus mengeluarkan energi untuk inhalasi tetapi tidak untuk ekshalasi.
Perhatikan bahwa inhalasi merupakan proses yang aktif yang memerlukan kontraksi otot, tetapi ekshalasi yang normal adalah proses yang pasif, bergantung pada besarnya regangan pada elastisitas normal paru-paru yang sehat. Dengan kata lain, dalam kondisi yang normal kita harus mengeluarkan energi untuk inhalasi tetapi tidak untuk ekshalasi.
Namun begitu
kita juga dapat mengalami ekshalasi diluar batas normal, seperti ketika sedang
berbicara, bernyanyi, atau meniup balon. Ekshalasi yang demikian adalah proses
aktif yang membutuhkan kontraksi otot-otot lain.
Otot-otot
ekspirasi menurunkan volume rongga toraks. Ekspirasi pada pernafasan yang
tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses pasif. Pada ekspirasi
dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah dan otot abdomen
berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma.
Kepatenan
Ventilasi tergantung pada empat factor :
a) Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi
jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya dari dan ke paru-paru
b) Adekuatnya system syaraf pusat dan pusat pernafasan
c) Adekuatnya pengembangan dan pengempesan peru-peru
d) Kemampuan
oto-otot pernafasan seperti diafpragma, eksternal interkosa, internal
interkosa, otot abdominal.
Ventilasi paru mengacu kepada
pergerakan udara dari atmosfir masuk dan keluar paru. Ventilasi berlangsung secara
bulk flow.Bulk flow adalah perpindahan atau pergerakan gas atau cairan dari
tekanan tinggi ke rendah.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ventilasi antara lain :
Ø
tekanan
Ø resistensi bronkus
Ø persyarafan bronkus
2.3. Pernafasan Eksternal dan Internal
Bentuk dari pernafasan secara garis
besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Proses Pernafasan
pulmonal atau paru-paru (external)
Pernafasan external adalah
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru
atau penafasan externa, oksigen didapatkan melalui hidung dan mulut, pada waktu
bernafas oksigen mesul melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli dan
berhubungan erat dengan darah di kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membrane,
yaitu membrane alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dan darah oksigen menembus
membrane ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah di bawa ke jantung.
Dari sini di pompa di dalam arteri ke seluruh bagian tubuh. Didalam paru-paru
karbon dioksida merupakan hasil buangan yag menembus membrane alveoli. Dari
kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan
hidung. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada
tingkat hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Empat proses berhubungan dengan
pernafasan paru-paru atau pernafasan externa :
a) Ventilisasi pulmorter, atau gerak
pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
b) Arus darah
melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida
dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
c) Distribusi
arus udar dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat
mencapai semua bagian tubuh.
d) Difusi gas yang menembusi membrane pemmisah alveoli
dan kapiler. Karbondioksida lebih mudah berdifusi dapi pada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian
sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2.
Pada waktu gerak badan lebih banyak, darah dating ke paru-paru membawa terlalu
banyak CO2 dan terlampau sedikit O2, jumlah CO2 tidak dapat di keluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat
pernafasan dalam otak untuk memperbesar dan didalam pernafasan.penambahan
fentilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut lebih
benyak O2.
Struktur.pernapasan eksternal
2. Proses
pernafasan Jaringan (internal)
Darah yang telah dijernihkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oxihemoglobin), mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan sel melakukan oksidasi
pernafasan, sebagai gantunya hasil dari oksidasi yaitu karbondioksida.
Perubahan-parubahan berikut terjadi
dalam komposisi udara dalam olveoli, yang disebabkan pernafasan externa dan
interna.
-
Udara yang
di hirup: Nitrogen (79%), Oksigen (20%), karbondioksida (0-0,4%). Udara yang
masuk ke alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.
-
Udara yang
dihembuskan: Nitrogen(79%), Oksigen(16%), karbondoiksida ( 4-0.4%).
2.4. Transport Gas Pernapasan
Ventilasi, Difusi, transportasi, perfusi
a) Ventilasi paru
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke
dalam dan keluar paru-paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
thoraks yang elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama
adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari
medulla spinalis pada vertebra servicalkeempat. Perpindahan O2 di atmosfer ke
alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer.
Faktor yang
mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :
a. Tekanan O2 atmosfer
b. Jalan nafas
c. daya kembang toraks dan paru)
d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam darah
a. Tekanan O2 atmosfer
b. Jalan nafas
c. daya kembang toraks dan paru)
d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam darah
Gambar.ventilasi paru
b)
Difusi gas
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah
dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi
gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membrane merintangi
proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih
lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar,
atau efusi pulmonar Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang
meningkat akan mengakibatkan
proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru
Tebal membrane respirasi
Jumlah eryth/kadar Hb
Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
Waktu difusi
proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru
Tebal membrane respirasi
Jumlah eryth/kadar Hb
Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
Waktu difusi
Afinitas
gas
Gambar.difusi
gas
c) Transportasi gas
Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler
jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan
tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer
dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat jarinagn,
oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer dari jaringan
ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan. Transfer ini bergantung pada
proses difusi.
-
Transpor O2
Sistem transportasi oksigen terdiri
dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran ini
tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran
darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa
oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen
yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990).
Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.
Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.
Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.
Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.
¨
Transpor CO2
Karbon dioksida berdifusi ke dalam
sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi menjadi asam
karbonat(H2 CO3 ) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat
kemudian berpisah menjadi ion hydrogen(H+ )dan ion
bikarbonat (HCO3-) berdifusi dalam plasma. Selain itu beberapa karbon
dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan
kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini
dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang
(deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida dengan lebih midah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbondoiksida.
d) perfusi
Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal
O2 diangkut dlm darah; dalam eritrosit bergabung dgn Hbà(oksi Hb) / Oksihaemoglobin (98,5%) dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%)
d) perfusi
Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal
O2 diangkut dlm darah; dalam eritrosit bergabung dgn Hbà(oksi Hb) / Oksihaemoglobin (98,5%) dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%)
Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme
ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru.
Volume paru dibagi menjadi : :
volume tidal (TV) volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas.
Volume cadangan inspirasi (IRV) , volume udara maksimal yg dapat dihirup setelah inhalasi normal.
Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal.
Volume paru dibagi menjadi : :
volume tidal (TV) volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas.
Volume cadangan inspirasi (IRV) , volume udara maksimal yg dapat dihirup setelah inhalasi normal.
Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal.
Kapasitas Paru :
Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal
Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi normal.
Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi normal.
Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi maksimal.
Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal
Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi normal.
Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi normal.
Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi maksimal.
2.5. Hubungan
Sistem Pernapasan dalam Kehamilan, Persalinan, Nifas
a)
KEHAMILAN
Pengaruh
kehamilan pada sistem pernapasan
-
Rahim
membesar: mendorong diafragma ke atas sehingga rongga dada menjadi sempit,
pernapasan menjadi lebih sepat.
-
Perubahan
hormonal: relaksi otot-otot pernapasan
-
Peningkatan
volume darah dan curah jantung
-
Perubahan
imunologik: bila kadar langit meningkat pada penderita asma dengan kehamilan
akan menyebabkan serangan yang lebih sering dan lebih berat.
Sering merasa mudah lelah atau nafas
tersengal - sengal / sesak pada saat melakukan aktifitas dan sulit tidur,
dikarenakan pembuluh darah pada saluran pernapasan akan membesar dan juga
rahimpun akan bertambah semakin besar pula, yang berefek menekan paru -
paru dan diafragma serta jantung Sang Ibu hamil
b)
PERSALINAN
Pada
persalinan pernapasan meningkat karena sehubungan dengan meningkatnya
metabolisme.
Pernafasan lambat (tingkat pertama
dari pernafasan terpola) sewaktu mencapai satu titik pada persalinan saat kontraksi
cukup kuat sehingga tidak dapat lagi berjalan atau berbicara tanpa berhenti sejenak.
Variasinya jika menjadi tegang dan tidak rileks selama kontraksi.Pernafasan
ringan sangat bermanfaat jika dan saat menemukan bahwa tidak lagi dapat rileks
selama kontraksi, kontraksi terlalu sakit untuk pernafasan lambat, atau secara
naluriah mempercepat pernafasan. Selama persalinan, pernafasan ringan tanpa
lebih alami karena rahim bekerja sangat keras sehingga membutuhkan lebih banyak oksigen. Selama
persalinan secara alami akan diatur oleh kebutuhan oksigen serta rasa sakit dan
frekwensi kontraksi.
C)
NIFAS
Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu
dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada
gangguan khusus pada saluran pernafasan.
Pada ibu post
partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post
partum menjadi lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
System pernapasan atau system
respirasi adalah system organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan
berkaki empat, system pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk
membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma
menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi system
pernapasan ditemukan pada berbagai jenis mahluk hidup. Bahkan pohon pun
memiliki system pernapasan.
3.2. Saran
Sebagai tim medis seharusnya kita
mengerti bagai mana terjadinya sistem pernapasan yang baik. Karena dengan
mengetahui tentang tata cara bernapas yang baik, kita bisa menerapkannya
didalam kehidupan kita sehari-hari supaya kita bisa hidup lebih sehat. Selain
itu juga kita bisa menerapkannya kepada klien (pasien) apabila kita sudah
bekerja nanti dengan tujuan untuk mengontrol kesehatan pasien dalam hal
pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, ethel. 1994. Anatomi dan fisiologi. Penerbit
buku kedokteran. Jakarta.
Leonhardt, helmut. 1988. Atlas dan buku teks anatomi
manusia. Penerbit buku kedokteran.
Jakarta.
Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
http://nursecerdas.wordpress.com/2009/01/12/sistem-pernapasan